1/16/2013 10:07:00 PM
0

Tari Cak Api (Fire Dance) adalah pertunjukkan Tari Cak Ramayana yang pada bagian akhir pertunjukannya ditambahkan dengan pertunjukkan Tari Sang Hyang Jaran. Tari ini adalah sendratari kolosal yang dikenal sebagai monkey dance yang melibatkan 50 sampai dengan 150 orang penari yang sebagian besarnya terdiri dari pemain laki-laki dengan memakai busana babuletan (kain yang dipakai secara harmonis diselinggi oleh beberapa aksen dan upacara-upacara lainnya). Penerangan yang dipakai dalam pertunjukkan ini adalah lampu yang bentuknya ditata seperti candi dan diletakkan di tengah-tengah stage sementara seluruh pemain cak duduk melingkar di luarnya. Daya tarik pertunjukkan ini terletak pada jalinan musik vokalnya yang ritmis dan berlapis-lapis (multilayerd). Tari Cak membawakan lakon “Kepandung Dewi Sita” (penculikan Dewi Sita) dari wiracarita Ramayana. Setelah drama penculikan Dewi Sita berakhir, pertunjukkan ini dilanjutkan dengan menampilkan adengan Tari Sang Hyang Jaran.
Bagian pertunjukkan ini menampilkan seorang laki-laki penari yang menungganggi boneka kuda dan menari di atas bara api. Bagian pertunjukkan yang memancarkan suasana magis ini diiringi nyanyian koor yang dilakukan oleh pemain cak. Tari Sang Hyang Jaran dahulu hanya dipentaskan pada musim-musim tertentu, yaitu apabila terjadi wabah penyakit atau ada suatu kejadian-kejadian yang dianggap aneh dan meresahkan masyarakat.
Tari ini berkembang di Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Bangli. Namun, setelah masukknya pariwisata, masyarakat pendukung tari yang dahulunya berfungsi sebagai penolak bala atau pengusir wabah penyakit ini membuat pertunjukkan imitasinya untuk disajikan sebagai seni pertunjukkan wisata dengan menambah cerita Ramayana pada bagian awal pertunjukannya. Adegan berkuda menginjak-injak bara api yang ditampilkan pada pertunjukkan ini sebetulnya tidaklah sungguh-sungguht kesurupan (trance) karena penyajian adegan ini memang ditata sebelumnya dan dalam pengungkapannya diperkuat oleh ekspresi penarinya.

0 comments:

Post a Comment