8/25/2012 07:12:00 PM
0
Ruangan itu luas, lantainya berlapis kayu yang dialas lagi dengan permadani mahal dari timur yang berpola titik-titik. Dindingnya berlapis panel halus dari kayu pucat. Kursinya besar-besar, empuk, dan dilapisi kulit berwarna kuning pucat. Di balik meja tulis yang besar sekali dari kayu kurma duduklah pusat dari ruangan itu, Fortescue sendiri. Tuan Fortescue sendiri kurang mengesankan dibandingkan dengan ruangan itu, tetapi dia sudah berusaha sebaik mungkin. Tubuhnya besar namun lembek, kepalanya botak berkilat. Dalam kantornya di kota itu dia suka sekali mengenakan setelan yang santai potongannya dan terbuat dari wol warna-warni yang biasa dipakai orang di pedesaan. Waktu itu dia sedang mempelajari beberapa berkas di mejanya dengan mengerutkan alis. Nona Grosvenor mendatanginya dengan anggun seperti angsa. Sambil meletakkan baki itu di atas meja di dekat siku majikannya, wanita itu menggumam dengan suara rendah dan resmi, "Ini tehnya, Tuan Fortescue," lalu menarik diri. Upacara itu cuma dijawab dengan menggeram saja.[BR] [BR] Nona Grosvenor duduk kembali di tempatnya, lalu melanjutkan pekerjaan. Dia menelepon dua kali, memperbaiki beberapa pucuk surat yan sudah diketik dan siap ditandatangani Tuan Fortescue, serta menerima telepon satu kali. "Saya rasa tidak bisa sekarang," katanya dengan nada angkuh. "Tuan Fortescue sedang rapat."[BR] [BR] Sambil meletakkan gagang telepon, dia melihat ke arah jam. Pukul sebelas lewat sepuluh menit.[BR] [BR] Pada saat itulah terdengar bunyi yang tak biasa dari balik pintu kamar Tuan Fortescue, yang hampir tak tembus suara itu. Walaupun tertahan daun pintu, jelaslah itu jeritan seseorang yang tercekik kesakitan. Di saat yang sama bel di meja Nona Grosvenor berbunyi panjang dan panik. Sejenak Nona Grosvenor tak bergerak karena terkejut amat sangat, kemudian dia bangkit tak yakin. Berhadapan dengan kejadian tak disangka ini, keanggunannya jadi agak luntur. Namun dia beranjak juga ke pintu kamar Tuan Fortescue dengan gayanya yang biasa, mengetuk, lalu masuk.[BR] [BR] Pemandangan yan dilihatnya di situ lebih-lebih lagi menhancurkan keangunannya. Majikannya meliuk-liuk kesakitan di balik meja. Gerak-geriknya mengejang-ngejang kesakitan.[BR] [BR] Nona Grosvenor berkata, "Astaga, Tuan Fortescue, Anda sakit?" Dia segera sadar betapa bodohnya pertanyaan itu. Tak perlu diragukan lagi bahwa Tuan Fortescue sedang kesakitan hebat. Bahkan ketika dia datang menghampiri, tuuhnya berulang-ulang mengejang kesakitan.[BR] [BR] Dengan terputus-putus, dia berkata, "Teh itu---apa---yang kaumasukkan ke dalam teh itu---minta bantuan---cepat---panggil dokter..."[BR] [BR] Nona Grosvenor lari keluar ruangan. Dia bukan lagi si sekretaris pongah yang berambut pirang. Dia cuma wanita biasa yang sangat ketakutan dan tak tahu harus berbuat apa .[BR] [BR] Janda pria yang terbunuh itu cantik sekali. Menurut penglihatan Jane Marple, tidak akan kurang laki-laki pengagumnya. Itukah sebabnya perempuan itu tersenyum di balik airmatanya---ataukah uang almarhum suaminya yang membuatnya tersenyum itu?[BR] [BR]Judul Asli: A Pocket Full of Rye.[BR]Edisi Bahasa Indonesia diterjemahkan oleh: Ny. Suwarni A.S.[BR]Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama (Anggota IKAPI).[BR]Jl. Palmerah Selatan 24-26, Lt. 6.[BR]Jakarta 10270.[BR]

0 comments:

Post a Comment