8/22/2012 04:43:00 PM
0
TIGA pekerja sedang duduk. Ada yang mengupas kulit jengkol, merapikannya, dan ada yang mengiris tipis-tipis. Jengkol itu nantinya digoreng, dicampur dengan racikan bumbu pedas khusus, dan dimasukkan dalam kemasan masing-masing seberat 95 gram.

Harga per bungkusnya dijual antara Rp 9 ribu dan Rp 10 ribu. Hanya ada rasa pedas. Namun, rasa pedas itu bercampur dengan rasa gurih dan manis. Pemilik bisnis keripik jengkol ini, Indra Budiman, memberinya nama jengkol criukk. Penjualannya bahkan sudah mencapai Malaysia dan Australia.

Indra baru memulai bisnis jengkol criukk pada November tahun lalu. Pada awalnya, pria berusia 30 tahun ini hobi memakan jengkol. Namun, jengkol itu dikonsumsinya secara diam-diam tanpa setahu sang istri, Maria.

"Istri marah kalau saya makan jengkol. Selesai makan jengkol, saya tidak boleh ke kamar mandi di rumah. Tapi mertua pernah memberi saya jengkol karena tahu itu makanan kesukaan saya. Jelas tanpa setahu istri," katanya seraya tersenyum ketika ditemui Tribun di rumahnya, di Jalan Sirnagalih No 175, Bandung, Senin (4/6) siang.

Indra mengatakan, suatu hari dia berinisiatif untuk mencoba menjual jengkol. Inisiatif itu didiskusikan dengan istrinya terlebih dulu. Indra pun mencoba membuat keripik jengkol sebanyak satu kilogram. Jengkol itu kemudian dicampur dengan bumbu pedas.

Sejak saat itu, Indra justru mengaku bosan mengonsumsi jengkol. Sebaliknya, istrinya mulai menyukai jengkol setelah berbentuk keripik. Karena merasa rasanya enak, ayah satu anak ini mulai memberinya kemasan yang khusus dipesan dari Jakarta.

"Sekarang saya membuatnya antara 30 dan 40 kilogram per hari, dibantu beberapa orang. Dari jengkol sebanyak itu, bisa dihasilkan rata-rata 200 bungkus. Saya memilih jengkol, baru dipandang sebagian orang. Tapi setelah dikemas dan dicicipi, pasti ketagihan," ujarnya.

Proses pembuatan jengkol criukk sederhana. Jengkol yang baru dibeli di pasar dikupas, dicuci, dan dipotong. Potongan jengkol ini direndam sebentar sebelum digoreng. Baru dicampur ke bumbu pedas racikan sendiri setelah digoreng. Keripik jengkol ini tanpa bahan pengawet.

"Semua bahannya fresh. Kalau jengkol ditahan sehari, bisa mengerut. Saya kasih kemasan dari aluminium. Selain untuk kebersihan, juga biar tampak unik. Kemasan ini juga kedap udara, dan jengkolnya masih laik dimakan sampai tiga pekan," katanya.

Pengiriman ke Malaysia sendiri sudah dilakukan sekitar dua bulan. Ke Australia, sudah dikirim sejak 1,5 bulan lalu. Selain itu, Indra memenuhi pesanan ke Jakarta, Medan, Surabaya, dan Kalimantan. Dia mengaku dalam sebulan bisa mengantongi omzet mencapai Rp 40 juta.

"Selain membuat keripik jengkol, saya juga bikin keripik usus ayam. Ada usus basah dan usus tepung, bisa dikonsumsi pakai nasi. Saya juga menjualnya via online. Harga keripik usus lebih mahal karena proses pembuatannya lebih sulit," ujar lelaki yang juga pemilik bengkel las ini.

0 comments:

Post a Comment