Impor obat antibiotik amoksisilin turunan beta-laktam berbahan baku
kapang penisilin tahun 2008 tercatat 1.020.928 kilogram. Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi melakukan riset pembiakan kapang
penisilin untuk memutus rantai ketergantungan impor bahan baku
antibiotik ini.
”Pembuatan fermentor penisilin skala percontohan di Pusat Penelitian
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Serpong mencapai 2.500 liter satu kali
siklus hingga maksimal 10 hari. Dukungan teknologi sudah siap untuk
menuju produksi massal industri,” kata Direktur Pusat Teknologi Farmasi
dan Medika pada Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Bambang
Marwoto, Kamis (28/6), di Jakarta.
Kapang penisilin merupakan bahan baku amoksisilin. Antibiotik yang
termasuk obat esensial ini banyak digunakan untuk mengobati infeksi
saluran pernapasan atas (ISPA).
Kepala Program Balai Pengkajian Bioteknologi BPPT Hardaning Pranamuda
menuturkan, di Amerika Serikat amoksisilin masuk dalam 10 besar obat
resep generik. Produksi bahan baku amoksisilin membuka peluang untuk
pengembangan produksi antibiotik lain.
Resistensi atau ketahanan bakteri terhadap amoksisilin mungkin saja
terjadi dalam beberapa tahun ke depan. Tetapi, bukan berarti industrinya
akan terhenti. ”Produksi amoksisilin menjadi model untuk pengembangan
jenis-jenis antibiotik lain menyesuaikan kebutuhan,” kata Bambang.
Kandungan lokal
Sumber pembiakan penisilin, menurut Bambang, banyak terdapat di
sekitar kita. Unsurnya meliputi karbon, nitrogen, dan mineral. Untuk
pembuatan antibiotik amoksisilin diperkirakan kandungan lokalnya sampai
80 persen.
Untuk memperoleh karbon, digunakan gula atau tepung- tepungan yang
dihidrolisis. Unsur nitrogen didapatkan dari kacang-kacangan. Mineral
diperoleh dari bahan pangan yang biasa kita konsumsi.
Penisilin sebagai pembunuh bakteri pada awalnya ditemukan Alexander
Fleming tahun 1928. Kapang penisilin umumnya tumbuh sebagai
benang-benang jamur roti.
Penisilin yang diperoleh dalam metabolisme kapang itu berupa
Penicillium notatum dan Penicillium chrysogenum. Pembiakan lebih lanjut
dilakukan untuk memperoleh Penisilin G dan Penisilin V yang siap untuk
proses pembentukan 6-Amino penicillanic acid (6-APA).
”Selanjutnya, 6-APA direaksikan secara kimiawi dengan dane salt
(salah satu jenis garam) untuk memperoleh amoksisilin,” kata Bambang.
Rantai produksi dalam skala pilot plant (pabrik percontohan) itu
tidak hanya dikerjakan BPPT. BPPT menangani proses fermentasi untuk
memproduksi penisilin G. Penggunaan penisilin G untuk memproduksi
senyawa perantara 6-APA dikerjakan Institut Teknologi Bandung (ITB),
sekaligus pada proses kimiawi dengan dane salt sampai menghasilkan
amoksisilin hidrat.
Berikutnya, terlibat Lembaga Ilmu pengetahuan Indonesia (LIPI) pada proses akhir menuju produksi amoksisilin.
”Dari sejumlah konsorsium lembaga riset itu, sebetulnya kita sudah
siap membangun industri antibiotik amoksisilin dengan kandungan lokal
yang optimal,” kata Bambang.
Generasi pertama
Amoksisilin merupakan antibiotik generasi pertama yang diresepkan
sebagai obat generik. Beberapa antibiotik generasi pertama lain adalah
ampicilin, dicloxacillin, cloxacillin, dan oxacillin.
Antibiotik generasi kedua melalui proses yang lebih rumit, tidak lagi
melalui proses pembentukan 6-APA. Beberapa antibiotik generasi kedua
yang ada di pasaran adalah cephradinie, cefadroxil, cephalexin,
cefroxadine, dan cefprozil.
Harga antibiotik generasi lebih baru tentu saja mahal. Saat ini,
antibiotik generasi ketiga sudah dihasilkan. Hal itu antara lain
antibiotik cefoxitin dan cefmetazole, yang tergolong mahal di pasaran.
Hardaning mengatakan, kekayaan biodiversitas di Indonesia sangat
menunjang penemuan jenis-jenis kapang lain untuk memproduksi antibiotik.
Pada masanya nanti, suatu jenis antibiotik tidak dapat digunakan lagi
ketika bakteri yang ingin dibunuh ternyata memiliki kekebalan terhadap
antimikroba tersebut.
Karena itu, sudah saatnya kegiatan riset pembuatan antibiotik direalisasikan menjadi sebuah industri yang bisa berkelanjutan.
Home
»
»Unlabelled
» Cara Membiakkan Kapang Penisilin
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment