1/15/2013 07:19:00 PM
0

Ratep Meuseukat diciptakan oleh Teuku Muhammad Thaib seorang ulama yang memimpin pusat pendidikan agama yang terdapat di Gampung Rumoh Baro desa Medang Ara kecamatan Blang Pidie Kabupaten Aceh Selatan. Nama Gampung Rumoh Baro tersebut kemudian diubah menjadi Desa Medang Ara, beliau pernah belajar di Samudra Pasai dan kemudian meneruskan pendidukannya ke Bagdad. Disana beliau menjumpai Ibnu Maskawaihi dan belajar padanya tentang pengetahuan Agama Islam serta pengetahuan lainnya termaksuk seni sebagai salah satu media dakwah. Murid-murid yang diterima di pusat pendidikan ini mulai dari anak-anak sampai dewasa namun terbatas bagi kaum wanita saja.
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Untuk menghindari kejenuhan belajar , mereka mengajarkan agama dengan cara meratib yang mereka sebut Rateb Meuseukat seperti yang dilakukan oleh Ulama Ibnu Maskawihi, dalam gerak dan lagu yang sederhana namun sangat menarik. Para santri yang telah menyelesaikan pelajarannya disana kembali ketempat asal masing-masing, dan disana mereka mengembamgkan agama itu dengan menggunakan Rateb Meuseukat sebagai salah sayu metode dakwahnya. Salah satu daerah yang berkembang dan terus menerus mengadakan Rateb Meuseukat ialah daerah Betung.

Rateb Meuseukat terdiri dari dua kata yaitu rateb dan meusuekat. Rateb dalam bahasa Aceh berarti doa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan kata lain disebut zikir. Meuseukat berasal dari nama seorang ulama dan filosofi Ibnu Maskwaihi bangsa Irak diBagdad. Dalam kamus bahasa Arab karangan Husein Djayadiningrat disebutkan bahwa asal usul Meuseukat dari kat Muscat, yakni ibukota Oman di Zazirah Persia. Meuseukat dalam bahasa Aceh berasal dari kata sakat yang berarti diam atau khusyuk. Jadi Rateb Meuseukat berarti “berdoa dengan khusyuk”.
Rateb Meuseukat pada mulanya dipergunakan untuk mengatasi kejenuhan dalam menerima pendidikan agama dan pengajian. Rateb disini mempergunakan gerakan-gerakan anggota badan yang sederhana dengan iringan lagu dengan syair-syair dalam bentuk sanjungan dan pemujaan pada ALLAH SWT , selawat atas Nabi Muhammad. Rateb Meuseukat ini dimainkn oleh 10 (sepuluh) orang wanita atau lebih dengan mengikuti pimpinan Teuku atau guru yang sekarang disebut Cahi. Kemudian pada abad ke 19 perkembangan selanjutnya di Kabupaten Aceh Barat Rateb Meuseukat dipimpin oleh T. aji Rakibah menciptakan gerak-gerak tarinya sedangkan syair dan lagunya ditangani oleh Teuku Cik Dikla seorang ulama seunangan (sekarang Jeram Aceh Barat). Pergelaran tari ini masih terbatas pada peringatan hari-hari besar Islam, kemudian berkembang lagi ada upacara perkawinan, melepaskan nazar serta upacara-upacara lain yang tidak bertentangan dengan agama.

0 comments:

Post a Comment