Candi Plaosan yang merupakan candi Buddha ini  oleh para  ahli 
diperkirakan dibangun  pada masa pemerintahan Rakai Pikatan dari  
Kerajaan  Mataram Hindu, yaitu pada awal abad ke-9 M.  Salah satu pakar 
 yang mendukung pendapat itu adalah De Casparis yang berpegang pada isi 
 Prasasti Cri Kahulunan (842 M). Dalam prasasti tersebut dinyatakan   
bahwa Candi  Plaosan Lor dibangun oleh Ratu Sri Kahulunan, dengan  
dukungan suaminya. Menurut De Casparis, Sri Kahulunan adalah gelar   
Pramodhawardani, putri  Raja Samarattungga dari Wangsa Syailendra. Sang 
 Putri,  yang memeluk agama Buddha, menikah dengan Rakai Pikatan dari  
Wangsa Sanjaya, yang memeluk agama Hindu.
Pendapat lain mengenai pembangunan Candi Plaosan ialah  bahwa candi 
tersebut dibangun sebelum masa pemerintahan Rakai Pikatan.  Menurut  
Anggraeni, yang dimaksud dengan Sri Kahulunan adalah ibu Rakai  Garung 
yang memerintah  Mataram sebelum Rakai Pikatan.  Masa  pemerintahan  
Rakai Pikatan terlalu singkat untuk dapat  membangun candi  sebesar 
Candi Plaosan. Rakai Pikatan  membangun candi perwara  setelah  masa 
pembangunan candi utamanya.
Pada bulan Oktober 2003, di kompleks dekat Candi Perwara   di kompleks 
Candi Plaosan Kidul ditemukan sebuah prasasti  yang  diperkirakan  
berasal dari abad ke-9 M.  Prasasti yang   terbuat dari  lempengan emas 
berukuran 18,5  X  2,2 cm. tersebut berisi tulisan dalam  bahasa 
Sansekerta yang ditulis menggunakan huruf Jawa Kuno. Isi prasasti   
masih belum diketahui, namun menurut  Tjahjono Prasodjo, epigraf  yang  
ditugasi membacanya, prasasti tersebut menguatkan dugaan bahwa Candi  
Plaosan dibangun pada masa pemerintahan Rakai Pikatan.
Plaosan Lor
Candi Plaosan Lor merupakan sebuah kompleks percandian  yang luas. Di 
depan (barat) kompleks Plaosan Lor  terdapat dua pasang  arca Dwarapala 
yang saling berhadapan, sepasang terletak di pintu masuk  utara dan 
sepasang di pintu masuk selatan. Masing-masing arca setinggi  manusia 
ini berada  dalam posisi duduk di atas kaki kanannya  yang  terlipat 
dengan kaki kiri ditekuk di depan tubuh. Tangan kanannya  memegang gada,
 sedangkan tangan kiri tertumpang di atas lutut kiri.
Di pelataran utara terdapat teras batu berbentuk persegi  yang 
dikelilingi oleh deretan umpak batu. Diduga teras batu tersebut   
merupakan tempat meletakkan sesajian.  Konon di atas teras tersebut  
tadinya terdapat bangunan dari kayu, sedangkan di atas masing-masing  
umpak tadinya terdapat sebuah arca Dhyani Buddha.
Teras yang serupa namun berukuran lebih kecil terdapat  juga di selatan 
kompleks Candi Plaosan Lor. Di pelataran utara kompleks  Candi Plaosan 
juga terdapat 6 buah stupa besar.
Di pusat kompleks Candi Plaosan Lor terdapat dua bangunan  bertingkat 
dua yang merupakan candi utama. Kedua bangunan tersebut  menghadap ke 
barat dan  masing-masing  dikelilingi oleh pagar batu.
Dinding batu yang memagari masing-masing candi utama  dikelilingi oleh  
candi  perwara yang semula berjumlah 174, terdiri atas   58 candi kecil 
berdenah dasar persegi dan 116 bangunan berbentuk  stupa. Tujuh candi 
berbaris di masing-masing sisi  utara  dan selatan  setiap candi utama, 
19 candi berbaris  sebelah timur atau belakang kedua  candi utama, 
sedangkan 17 candi lagi berbaris di depan kedua  candi  utama. Hampir 
semua candi perwara tersebut saat ini dalam keadaan  hancur.
Di setiap sudut barisan candi perwara  masih terdapat  sebuah candi 
kecil lagi  yang dikelilingi oleh dua barisan  umpak yang  juga 
diselingi dengan sebuah candi kecil lagi di setiap sudutnya.
Di sisi barat  pagar batu yang mengelilingi masing-masing  bangunan 
utama terdapat sebuah gerbang berupa gapura paduraksa, dengan  atap yang
 dihiasi deretan mahkota kecil. Puncak atap gapura berbentuk  persegi 
dengan mahkota kecil di atasnya.
Masing-masing bangunan candi utama berdiri di atas kaki   setinggi 
sekitar 60 cm tanpa selasar yang mengelilingi tubuhnya. Tangga  menuju 
pintu dilengkapi dengan pipi tangga yang memiliki hiasan kepala  naga di
 pangkalnya. Bingkai pintu dihiasi pahatan bermotif bunga dan  
sulur-suluran. Di atas ambang pintu terdapat hiasan kepala Kala tanpa  
rahang bawah.
Sepanjang dinding luar tubuh kedua candi utama  dihiasi  oleh relief 
yang menggambarkan laki-laki dan perempuan yang sedang  berdiri dalam 
ukuran yang mendekati ukuran manusia sesungguhnya.  Relief  pada dinding
 candi yang di selatan menggambarkan laki-laki, sedangkan  pada candi 
yang di utara menggambarkan perempuan.
Bagian dalam kedua bangunan utama terbagi menjadi enam  ruangan, tiga 
ruangan terletak di bawah, sedangkan tiga ruangan lainnya  terletak di 
tingkat dua. Lantai papan yang membatasi kedua tingkat saat  ini sudah 
tidak ada lagi, namun pada dinding masih terlihat alur bekas  tempat 
memasang lantai.
Di ruang tengah terdapat 3 arca Buddha duduk berderet di  atas 
padadmasana menghadap pintu, namun arca Buddha yang berada di  tengah 
sudah raib. Pada dinding di kiri dan kanan ruangan terdapat  relung yang
 tampaknya merupakan tempat meletakkan penerangan. Relung  tersebut 
diapit oleh relief Kuwera dan Hariti.
Di kiri dan kanan, dekat pintu utama, terdapat pintu  penghubung ke 
ruangan samping. Susunan di kedua ruangan bawah lainnya,  baik di 
bangunan utara maupun di bangunan selatan,  mirip dengan susunan  di 
ruang tengah. Di sisi timur  terdapat 3 arca Buddha duduk berderet  di 
atas padadmasana menghadap ke barat. Arca Buddha yang berada di  tengah 
juga sudah raib.
Plaosan Kidul
Candi Plaosan Kidul terletak di selatan Candi Plaosan  Lor, terpisah 
oleh jalan raya. Bila di kompleks Palosan Lor kedua candi  utamanya 
masih berdiri dengan megah, di kompleks Candi Plaosan Kidul  candi 
utamanya sudah tinggal reruntuhan. Yang masih berdiri hanyalah  beberapa
 candi perwara.
Pada saat pengambilan gambar, yaitu bulan Mei 2003,  penggalian dan pemugaran Candi Plaosan Kidul sedang dilaksanakan.
Sumber: pnri.go.id
0 comments:
Post a Comment