8/27/2012 03:09:00 PM
0
Persis ramalan Nostradamus, “Di Persi (Iran) akan ada seseorang dari kekuatan luar yang akan menggulingkan kekuasaan di dalam Persi’

begitulah seperti yang kami tonton pada salah satu acara televisi pada suatu kesempatan tentang ramalan-ramalan Nostradamus. Entah suatu kebetulan, namun jelas sekali yang dimaksud dengan “seseorang dari kekuatan luar” adalah Imam Khomeini

NOSTRADAMUS QUATRAIN #70
   Tempest, hatred, war, in Iran not ceasing,
Pluie, faim, guerre, en Perse non cessee,
   Those of too great a faith will betray the Monarch;
La foy trop grand trahira le Monarque;
   But the end begins in France,
Par la finie en Gaule commencee,
   A secret sign for one to be hemmed-in.
Secret augure pour a un estre parque.
   The monarchy of Persia (Iran) had continued on for many centuries, but in this amazing prophecy, Nostradamus not only predicts it’s end, but informs us that the order to end it will come from France.  And in 1979, the Ayatollah Khomeini, living in exile in France, does in fact issue his secret order for all his loyal followers to rise up and overthrow the Shah of Iran, exactly as Nostradamus predicted he would
Rain, famine and war will not cease in Persia;
too great a faith will betray the monarch.
Those (actions) started in France will end there,
a secret sign for on to be sparing.
Explanation
The meaning of this quatrain became evident only when the Aya- tollah Khomeini, who engineered his Islamic revolt from France, returned to Iran (“Persia”) in 1979 and seized control of the country in a few days of fighting. The “too great faith” alludes to fanatic Shiite Muslim resistance to the Shah’s efforts at westernization. The last line applies to President Jimmy Carter’s restrained policy in the ensuing United State’s embassy hostage crisis, prompted perhaps by unpubli- cized diplomatic pressures from west European allies. Soon after, a long, bloody, and futile war broke out between Iran and Iraq.
2. The fall of a great meteor or in the Indian Ocean (1-69) 1979 EXILE OF SHAH THROUGH AYATOLLAH KHOMEINI
This is an amazing quatrain by any standards. Politicians could not have conceived of it in 1978, yet alone 1568. The monarch, the Shah of Persia, now Iran, will lose his grip on his kingdom partly through rain, famine and war. But as Nostradamus states the war was started in France, in Paris, in fact, where the Ayatollah Khomeini remained plotting his downfall. The secret sign for one to be sparing is difficult to interpret but certainly the Ayatollah’s regime is extremely Spartan in its concept See III. 47, 95.
http://misteridunia.files.wordpress.com/2008/10/nostradamus.jpg?w=196&h=259
.
Ayatullah Khomeini, dalam Hokumat-i-Islami me-ngatakan “Hanya satu Islam yang benar, yaitu: yang dibawa Nabi Muhammad saw. Beliau membawa Islam yang revolusioner. Karenanya, Islam yang benar adalah Islam yang revolusioner.” Ingat Revolusi Iran berarti ingat Imam Ayatullah Khomeini. Memang, Revolusi yang terjadi di Iran (1978-1979) itu tak lepas dari peranan manusia bernama lengkap Imam Ayatullah al-Uzma Sayyid Ruhollah al-Musavi al-Khomeini yang lahir di kota Khumayn, dekat Isfahan, sekitar 300 kilometer selatan Teheran, pada tanggal 24 September 1902.
John L. Esposito menjuluki Ayatullah Khomeini sebagai “living symbol and architect of Islamic revolution of Iran”. Karena jasanya itu pulalah beliau diangkat menjadi Rahbar (Pemimpin) Revolusi Islam, sebagaimana yang tercantum dalam Konstitusi Iran yang disahkan pada Desember 1979. Khomeini memang pribadi yang kharismatik. Mantan Ketua PP Muhammadiyah DR. HM Amien Rais (pernah menjadi Ketua MPR RI) berkesempatan melihat rumah Ayatullah yang sederhana, sewaktu berkunjung ke Teheran, Oktober 1991. Luas Rumah itu tidak lebih dari 100 meter persegi. Di ruang tamu hanya terdapat sofa tua tempat Ayatullah menerima para tamu negara. Bahkan, semasa pembuangannya di Prancis beliau hanya tinggal di sebuah tenda di pinggiran kota Paris. Potret ini amat kontras dengan potret kehidupan elit-elit politik zaman sekarang di Indonesia.
Gus Dur – KH Abdurrahman Wahid – yang pernah menjadi Presiden Indonesia pada salah satu tulisannya pernah menulis bahwa Ayatullah Khomeini adalah tokoh kontroversial. Beliau dikagumi bak “malaikat” dan sekaligus dibenci bagaikan “setan”. Beliau memang wajar dibenci oleh Dunia Barat karena dialah, tokoh yang berhasil “mencampakkan” Amerika dari Iran.
Kata William Shawcross, salah seorang wartawan senior Barat, “Sejak awal 1979, Ayatullah Khomeini selalu merepotkan Barat yang ia pandang sangat rendah. Bagi banyak warga Barat, ia tampak seperti musuh yang bengis dan bahkan sinting, simbol yang mengerikan dari angkara murka dan kebencian yang tidak terduga, tak bisa dimengerti, dan tak terkendali”
.
Keunikan lain adalah kenyataan bahwa Revolusi Islam Iran berbeda dengan gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir yang meletakkan titik berat pada tarbiyyah (pendidikan perorangan), maupun gerakan Jama’ati Islami di Pakistan yang meletakkan titik berat pada tantangan intelektual. Revolusi Iran juga berbeda dengan Revolusi Prancis (1789) dan Revolusi Rusia (1917). Revolusi Iran memiliki kekhasan. Revolusi ini didasarkan pada ideologi keagamaan dan keyakinan-keyakinan islamis serta tujuan-tujuan hidup Islamis dan Qur’anis, dan didorong oleh alim ulama (rohaniawan) yang terjun langsung dalam masalah politik, perebutan kekuasaan, mendirikan negara serta sistem kehidupan Islam (Mahzab Syiah).
Jalannya Revolusi Islam di Iran dipengaruhi oleh banyak faktor. Yang pertama adalah krisis ekonomi, sosial dan budaya akibat kediktatoran monarki rezim yang dipimpin oleh Syah Reza Pahlevi. Kedua adalah budaya homogen masyarakat Iran. Masyarakat Iran memiliki ideologi yang sama, yakni Islam dan mahzab Syiah memang mendominasi keseluruhan masyarakat di Iran. Mahzab Syiah berkembang di Iran sudah sangat lama. Menurut S. Hussain M. Jafri, Syiah, selain lahir karena faktor politis (dalam arti kekuasaan atau kepemimpinan) mengenai pemimpin umat Islam yang menggantikan Nabi Muhammad SAW, namun Syiah juga dibangun oleh faktor “kesukuan” dan alasan historis. Masyarakat Syiah di Iran mempercayai bahwa mereka adalah keturunan Sahabat Ali dan Nabi Muhammad SAW. Ketiga adalah faktor Ayatullah Khomeini sendiri.
Khomeini secara cerdas berhasil menyatukan dan meyakinkan persatuan antara penganut Mahzab Sunni dan Syiah di Iran. Khomeini pulalah yang berhasil merumuskan struktur kenegaraan “Republik Islam” secara politik dan hukum, hingga permasalahan sosial lainnya.
Keempat, adalah – justeru – faktor peranan Barat serta kesalahan pemerintah Syah Iran. Mereka tidak pernah menyangka bahwa mengusir dan membiarkan Ayatullah tinggal di salah satu negara Eropa (Prancis), bukan saja membuat jaringan komunikasinya semakin meluas namun malah semakin mendapat simpati serta menambah banyak pengikutnya.
Yang menarik, selama revolusi berlangsung dan direncanakan, Khomeini tidak pernah sekalipun menginjakkan kakinya di Iran. Bahkan hingga Syah Iran berhasil ditumbangkan (diusir ke Aswan, Mesir pada 16 januari 1979), Khomeini belum juga kembali ke Iran.
.

Rahasia Besar Dibalik Ketepatan Ramalan Nostradamus TERUNGKAP


Salah satu peramal yang paling popular sepanjang sejarah – bahkan sampai dengan abad modern ini – karena ketepatan ramalannya adalah Nostradomus. Lebih dari 400 tahun buku ramalannya berulang kali telah dicetak ulang. Bahkan dalam internet, kata kunci Nostradamus merupakan salah satu kata kunci yang paling dicari.
Lahir dengan nama Michel de Notredame pada tanggal 14 Desember 1503 di St Remy, Perancis, sebagai anak tertua dari lima bersaudara. Di usia muda, Nostradamus mendapatkan gelar di bidang pengobatan pada tahun 1529 dan menjadi dokter bagi raja Charles IX selama berjangkitnya wabah pes. Dalam kesempatan itu, dia berkata bahwa dia memiliki kemampuan menyembuhkan dengan cara yang tidak biasa.
Nostradamus berusia 40-an ketika dia secara teratur berada di ruang meditasi dan mengaku melihat penampakan tentang masa depan. Dia mulai mencatat penampakan yang dia dapat dalam bentuk puisi ke dalam bahasa Latin, Yunani dan Perancis. Kemudian catatan tersebut dia publikasikan dalam buku berjudul “Centuries” pada tahun 1558 dan akhirnya menjadi buku yang sangat terkenal di seluruh dunia.
Nostradamus menikah dua kali, istri pertama dan dua anaknya meninggal karena penyakit pes. Nostradamus sendiri meninggal pada 2 July 1566. Nostradamus menulis ramalannya dalam bentuk sajak, sebagian dengan gaya simbolik. Berbentuk puisi empat-empat baris yang penuh misteri.
Nostradamus, meramalkan 400 tahun lalu tentang Perang Dunia I, Perang Dunia II, Revolusi Perancis, Revolusi Bolshevik, Revolusi Amerika, Berdirinya Uni Sovyet dan kehancurannya, Berdirinya Israel dan kehancurannya, Munculnya Napoleon, Hittler, Mussolini, komunis internasional, kehancuran Hiroshima – Nagasaki oleh bom atom, mendaratnya manusia di bulan, meledaknya pesawat ulang alik, berbagai bencana alam dunia, perpecahan katolik, kontak dengan mahluk angkasa, sampai dengan terjadinya perang dunia III, perang akhir zaman – Armageddon. Ketepatan hasil ramalan itulah yang pada akhirnya, ia dan bukunya – Centuries – amat mashur.
Kemampuan Nostradamus tersebut, menarik minat Andrew Lang dari Institute Research Paraphsycology di Inggris melakukan riset mengenainya.
Setelah melakukan eksperimen dan percobaan, dengan cara mengamati dan meniru tata letak, tata ruang kamar kerja Nostradamus beserta semua isinya, dimana kamar kerja Nostradamus yang berukuran 5 x 5 meter, di tengah ruangan terdapat meja kerja dan kursi. Di atas meja terdapat lembaran kertas, alat tulis, tinta, tempat lampu lilin dan sebuah cermin persegi berukuran kecil menghadap ke kursi, sehingga jika seseorang duduk di kursi, maka wajahnya akan terlihat dalam cermin.
Maka dari hasil eksperimen yang dinamakan Scrying tersebut, Andrew Lang memberikan hasil hipotesis bahwa dalam proses meramal, Nostradamus tampaknya melihat peristiwa yang akan terjadi melalui cermin yang ada di depannya. Persis seperti nonton televisi. Dan, Nostradamus tinggal mencatatnya.
Namun hipotesa yang sungguh sangat mengejutkan tentang rahasia besar di balik ramalan Nostradamus datang dari seorang ilmuwan Timur Tengah. Hipotesa tersebut mengatakan, semua ketepatan ramalan Nostradamus pada dasarnya adalah karena Nostadamus membaca, mempelajari, dan “hanya” menuangkan ulang manuskrip-manuskrip kuno yang ia dapatkan dari dunia Arab.
Hipotesa ini didukung fakta, bahwa ternyata Nostradamus bahkan berbahasa Arab. Dan ketika ia melakukan pengobatan, ia meletakkan tangannya di dahi pasiennya, dan membacakan kalimat-kalimat dalam bahasa Arab yang memiliki irama yang sangat menakjubkan.
Dan juga didukung fakta pengakuan Nostradamus sendiri bahwa nenek moyangnya telah mencuri manuskrip-manuskrip dari Bait Al Maqdis (Masjidil Aqsa), dan kemudian mempelajarinya.

0 comments:

Post a Comment