“Keutamaan Sabar Menghadapi Cobaan” ketegori Muslim. Keutamaan Sabar Menghadapi Cobaan
 Majdi As-Sayyid Ibrahim
 KATA PENGANTAR
 Insya
 Allah untuk Masalah-47 s.d Masalah-50, kami akan mengangkat 
seruan-seruan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang ditujukan kepada 
wanita-wanita Mukminah, baik berupa peringatan ataupun berupa 
perintah-perintah yang dikhususkan bagi mereka. Dan artikel-artikel 
tersebut kami ambil dari buku 50 Wasiat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi 
wa sallam bagi Wanita, oleh Majdi As-Sayyid Ibrahim, terbitan Pustaka 
Al-Kautsar, cetakan kelima.
 KEUTAMAAN SABAR MENGHADAPI COBAAN
 “Artinya
 : Dari Ummu Al-Ala’, dia berkata : “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa 
sallam menjengukku tatkala aku sedang sakit, lalu beliau berkata. 
‘Gembirakanlah wahai Ummu Al-Ala’. Sesungguhnya sakitnya orang Muslim 
itu membuat Allah menghilangkan kesalahan-kesalahan, sebagaimana api 
yang menghilangkan kotoran emas dan perak”. 
 Wahai Ukhti Mukminah .!
 Sudah barang tentu engkau akan menghadapi cobaan di dalam kehidupan 
dunia ini. Boleh jadi cobaan itu menimpa langsung pada dirimu atau 
suamimu atau anakmu ataupun anggota keluarga yang lain. Tetapi justru 
disitulah akan tampak kadar imanmu. Allah menurunkan cobaan kepadamu, 
agar Dia bisa menguji imanmu, apakah engkau akan sabar ataukah engkau 
akan marah-marah, dan adakah engkau ridha terhadap takdir Allah ?
 Wasiat
 yang ada dihadapanmu ini disampaikan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa 
sallam tatkala menasihati Ummu Al-Ala’ Radhiyallahu anha, seraya 
menjelaskan kepadanya bahwa orang mukmin itu diuji Rabb-nya agar Dia 
bisa menghapus kesalahan dan dosa-dosanya.
 Selagi engkau 
memperhatikan kandungan Kitab Allah, tentu engkau akan mendapatkan bahwa
 yang bisa mengambil manfaat dari ayat-ayat dan mengambil nasihat 
darinya adalah orang-orang yang sabar, sebagaimana firman Allah.
 “Artinya
 : Dan, di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah kapal-kapal di laut 
seperti gunung-gunung. Jikalau Dia menghendaki, Dia akan menenangkan 
angin, maka jadilah kapal-kapal itu terhenti di permukaan laut. 
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda -Nya bagi 
setiap orang yang bersabar dan banyak bersyukur”. 
 Engkau juga akan mendapatkan bahwa Allah memuji orang-orang yang sabar dan menyanjung mereka. Firman-Nya.
 “Artinya
 : Dan, orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam 
peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar , dan mereka itulah 
orang-orang yang bertaqwa”. 
 Engkau juga akan tahu bahwa orang yang sabar adalah orang-orang yang dicintai Allah, sebagaimana firman-Nya.
 “Artinya : Dan, Allah mencintai orang-orang yang sabar”. 
 Engkau
 juga akan mendapatkan bahwa Allah memberi balasan kepada orang-orang 
yang sabar dengan balasan yang lebih baik daripada amalnya dan 
melipatgandakannya tanpa terhitung. Firman-Nya.
 “Artinya : Dan, 
sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar 
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan”. 
 “Artinya : Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”. 
 Bahkan
 engkau akan mengetahui bahwa keberuntungan pada hari kiamat dan 
keselamatan dari neraka akan mejadi milik orang-orang yang sabar. Firman
 Allah.
 “Artinya : Sedang para malaikat masuk ke tempat-tempat 
mereka dari semua pintu, : ‘Salamun ‘alaikum bima shabartum’. Maka 
alangkah baiknya tempat kesudahan itu”. 
 Benar. Semua ini 
merupakan balasan bagi orang-orang yang sabar dalam menghadapi cobaan. 
Lalu kenapa tidak? Sedangkan orang mukmin selalu dalam keadaan yang baik
 ?
 Dari Shuhaib radhiyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
 “Artinya
 : Sungguh menakjubkan urusan orang mukmin. Sesungguhnya semua urusannya
 adalah baik. Apabila mendapat kelapangan, maka dia bersyukur dan itu 
kebaikan baginya. Dan, bila ditimpa kesempitan, maka dia bersabar, dan 
itu kebaikan baginya”. 
 Engkau harus tahu bahwa Allah mengujimu 
menurut bobot iman yang engkau miliki. Apabila bobot imanmu berat, Allah
 akan memberikan cobaan yang lebih keras. Apabila ada kelemahan dalam 
agamamu, maka cobaan yang diberikan kepadamu juga lebih ringan. 
Perhatikanlah riwayat ini.
 “Artinya : Dari Sa’id bin Abi Waqqash 
Radhiyallahu anhu, dia berkata. ‘Aku pernah bertanya : Wahai Rasulullah,
 siapakah orang yang paling keras cobaannya ? Beliau menjawab: Para 
nabi, kemudian orang pilihan dan orang pilihan lagi. Maka seseorang akan
 diuji menurut agamanya. Apabila agamanya merupakan yang kuat, maka 
cobaannya juga berat. Dan, apabila di dalam agamanya ada kelemahan, maka
 dia akan diuji menurut agamanya. Tidaklah cobaan menyusahkan seorang 
hamba sehingga ia meninggalkannya berjalan di atas bumi dan tidak ada 
satu kesalahan pun pada dirinya”. 
 “Artinya : Dari Abu Sa’id 
Al-Khudry Radhiyallahu anhu, dia berkata. ‘Aku memasuki tempat 
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan beliau sedang demam. Lalu 
kuletakkan tanganku di badan beliau. Maka aku merasakan panas ditanganku
 di atas selimut. Lalu aku berkata. ‘Wahai Rasulullah, alangkah kerasnya
 sakit ini pada dirimu’. Beliau berkata: ‘Begitulah kami . Cobaan 
dilipatkan kepada kami dan pahala juga ditingkatkan bagi kami’. Aku 
bertanya. ‘Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berat cobaannya ?
 Beliau menjawab: ‘Para nabi. Aku bertanya. ‘Wahai Rasulullah, kemudian 
siapa lagi? Beliau menjawab: ‘Kemudian orang-orang shalih. Apabila salah
 seorang di antara mereka diuji dengan kemiskinan, sampai-sampai salah 
seorang diantara mereka tidak mendapatkan kecuali mantel yang dia 
himpun. Dan, apabila salah seorang diantara mereka sungguh merasa senang
 karena cobaan, sebagaimana salah seorang diantara kamu yang senang 
karena kemewahan”. 
 Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata. “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata :
 “Artinya
 : Cobaan tetap akan menimpa atas diri orang mukmin dan mukminah, anak 
dan juga hartanya, sehingga dia bersua Allah dan pada dirinya tidak ada 
lagi satu kesalahanpun”. 
 Selagi engkau bertanya : “Mengapa orang mukmin tidak menjadi terbebas karena keutamaannya di sisi Rabb?”.
 Dapat
 kami jawab : “Sebab Rabb kita hendak membersihkan orang Mukmin dari 
segala maksiat dan dosa-dosanya. Kebaikan-kebaikannya tidak akan 
tercipta kecuali dengan cara ini. Maka Dia mengujinya sehingga dapat 
membersihkannya. Inilah yang diterangkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa 
sallam terhadap Ummul ‘Ala dan Abdullah bin Mas’ud. Abdullah bin Mas’ud 
pernah berkata. “Aku memasuki tempat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam 
dan beliau sedang demam, lalu aku berkata. ‘Wahai Rasulullah, 
sesungguhnya engkau sungguh menderita demam yang sangat keras’.
 Rasulullah
 Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata. “Benar. Sesungguhnya aku demam 
layaknya dua orang diantara kamu yang sedang demam”.
 Abdullah bin Mas’ud berkata. “Dengan begitu berarti ada dua pahala bagi engkau ?”
 Beliau
 menjawab. “Benar”. Kemudian beliau berkata. “Tidaklah seorang muslim 
menderita sakit karena suatu penyakit dan juga lainnya, melainkan Allah 
menggugurkan kesalahan-kesalahannya dengan penyakit itu, sebagaimana 
pohon yang menggugurkan daun-daunnya”. 
 Dari Abi Sa’id Al-Khudry 
dan Abu Hurairah Radhiyallahu anhuma, keduanya pernah mendengar 
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata.
 “Artinya : 
Tidaklah seorang Mukmin ditimpa sakit, letih, demam, sedih hingga 
kekhawatiran yang mengusiknya, melainkan Allah mengampuni 
kesalahan-kesalahannya”. 
 Sabar menghadapi sakit, menguasai diri 
karena kekhawatiran dan emosi, menahan lidahnya agar tidak mengeluh, 
merupakan bekal bagi orang mukmin dalam perjalanan hidupnya di dunia. 
Maka dari itu sabar termasuk dari sebagian iman, sama seperti kedudukan 
kepala bagi badan. Tidak ada iman bagi orang yang tidak sabar, 
sebagaimana badan yang tidak ada artinya tanpa kepala. Maka Umar bin 
Al-Khaththab Radhiyallahu anhu berkata. “Kehidupan yang paling baik 
ialah apabila kita mengetahuinya dengan berbekal kesabaran”. Maka 
andaikata engkau mengetahui tentang pahala dan berbagai cobaan yang 
telah dijanjikan Allah bagimu, tentu engkau bisa bersabar dalam 
menghadapi sakit. Perhatikanlah riwayat berikut ini.
 “Artinya : 
Dari Atha’ bin Abu Rabbah, dia berkata. “Ibnu Abbas pernah berkata 
kepadaku. ‘Maukah kutunjukkan kepadamu seorang wanita penghuni sorga ? 
Aku menjawab. ‘Ya’. Dia berkata. “Wanita berkulit hitam itu pernah 
mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, seraya berkata. 
‘Sesungguhnya aku sakit ayan dan terbuka. Maka berdoalah bagi diriku. 
Beliau berkata. ‘Apabila engkau menghendaki, maka engkau bisa bersabar 
dan bagimu adalah sorga. Dan, apabila engkau menghendaki bisa berdo’a 
sendiri kepada Allah hingga Dia memberimu fiat’. Lalu wanita itu 
berkata. ‘Aku akan bersabar. Wanita itu berkata lagi. ‘Sesungguhnya 
terbuka. Maka berdo’alah kepada Allah bagi diriku agar tidak terbuka’. 
Maka beliau pun berdoa bagi wanita tersebut”. 
 Perhatikanlah, 
ternyata wanita itu memilih untuk bersabar menghadapi penyakitnya dan 
dia pun masuk sorga. Begitulah yang mestinya engkau ketahui, bahwa sabar
 menghadapi cobaan dunia akan mewariskan sorga. Diantara jenis kesabaran
 menghadapi cobaan ialah kesabaran  wanita muslimah  karena diuji kebutaan oleh Rabb-nya. Disini pahalanya jauh lebih besar.
 Dari Anas bin Malik, dia berkata. “Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata.
 “Artinya
 : Sesungguhnya Allah berfirman. ‘Apabila Aku menguji hamba-Ku pada 
kedua matanya lalu dia bersabar, maka Aku akan mengganti kedua matanya 
itu dengan sorga”. 
 Maka engkau harus mampu menahan diri tatkala 
sakit dan menyembunyikan cobaan yang menimpamu. Al-Fudhail bin Iyadh 
pernah mendengar seseorang mengadukan cobaan yang menimpanya. Maka dia 
berkata kepadanya. “Bagaimana mungkin engkau mengadukan yang merahmatimu
 kepada orang yang tidak memberikan rahmat kepadamu ?”
 Sebagian 
orang Salaf yang shalih berkata : “Barangsiapa yang mengadukan musibah 
yang menimpanya, seakan-akan dia mengadukan Rabb-nya”.
 Yang 
dimaksud mengadukan di sini bukan membeberkan penyakit kepada dokter 
yang mengobatinya. Tetapi pengaduan itu merupakan gambaran penyesalan 
dan penderitaan karena mendapat cobaan dari Allah, yang dilontarkan 
kepada orang yang tidak mampu mengobati, seperti kepada teman atau 
tetangga.
 Orang-orang Salaf yang shalih dari umat kita pernah 
berkata. “Empat hal termasuk simpanan sorga, yaitu menyembunyikan 
musibah, menyembunyikan shadaqah, menyembunyikan kelebihan dan 
menyembunyikan sakit”.
 Ukhti Muslimah !
 Selanjutnya 
perhatikan perkataan Ibnu Abdi Rabbah Al-Andalusy : “Asy-Syaibany pernah
 berkata. ‘Temanku pernah memberitahukan kepadaku seraya berkata. 
‘Syuraih mendengar tatkala aku mengeluhkan kesedihanku kepada seorang 
teman. Maka dia memegang tanganku seraya berkata. ‘Wahai anak saudaraku,
 janganlah engkau mengeluh kepada selain Allah. Karena orang yang engkau
 keluhi itu tidak lepas dari kedudukannya sebagai teman atau lawan. 
Kalau dia seorang teman, berarti dia berduka dan tidak bisa memberimu 
manfaat. Kalau dia seorang lawan, maka dia akan bergembira karena 
deritamu. Lihatlah salah satu mataku ini, ’sambil menunjuk ke arah 
matanya’, demi Allah, dengan mata ini aku tidak pernah bisa melihat 
seorangpun, tidak pula teman sejak lima tahun yang lalu. Namun aku tidak
 pernah memberitahukannya kepada seseorang hingga detik ini. Tidakkah 
engkau mendengar perkataan seorang hamba yang shalih : “Sesungguhnya 
hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku”. Maka 
jadikanlah Allah sebagai tempatmu mengadu tatkala ada musibah yang 
menimpamu. Sesungguhnya Dia adalah penanggung jawab yang paling mulia 
dan yang paling dekat untuk dimintai do’a”. 
 Abud-Darda’ 
Radhiyallahu anhu berkata. “Apabila Allah telah menetapkan suatu takdir,
 maka yang paling dicintai-Nya adalah meridhai takdir-Nya”. 
 Perbaharuilah
 imanmu dengan lafazh la ilaha illallah dan carilah pahala di sisi Allah
 karena cobaan yang menimpamu. Janganlah sekali-kali engkau katakan : 
“Andaikan saja hal ini tidak terjadi”, tatkala menghadapi takdir Allah. 
Sesungguhnya tidak ada taufik kecuali dari sisi Allah.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
 
 
0 comments:
Post a Comment