A: Pak Ony, laptop saya hilang di Luar Bandara Incheon.
B: Tidak apa-apa Ibu, sekarang saya akan lapor ke bagian lost and found. Ibu tidak perlu khawatir besok pasti akan kembali.
A : Pak Ony, saya ingin ke bandara sekarang, mungkin dengan kehadiran saya orang akan lebih percaya.
B : Tidak perlu, orang Korea sangat jujur dan mereka tidak akan mengambil barang yang bukan milik orang lain.
A : Sehari sesudahnya laptop kembali utuh seperti sedia kala.
B: Tidak apa-apa Ibu, sekarang saya akan lapor ke bagian lost and found. Ibu tidak perlu khawatir besok pasti akan kembali.
A : Pak Ony, saya ingin ke bandara sekarang, mungkin dengan kehadiran saya orang akan lebih percaya.
B : Tidak perlu, orang Korea sangat jujur dan mereka tidak akan mengambil barang yang bukan milik orang lain.
A : Sehari sesudahnya laptop kembali utuh seperti sedia kala.
Ketika
mendengar orang panik dengan keadaan tersebut biasanya saya bersikap
tenang dan akan mengatakan bahwa barang akan kembali. Keyakinan saya
sebenarnya berdasarkan beberapa kejadian sebelumnya. Walaupun mungkin
tidak semua barang akan kembali jika hilang tetapi jika barang tersebut
ada namanya kemungkinan besar akan kembali. Pertanyaannya apakah ini
karena ada CCTV atau karena sikap orang Korea yang jujur?
Ketika saya
melaporkan hal itu terhadap pihak bandara, saya menawarkan untuk
melihatnya lewat CCTV. Mereka mengatakan bahwa prosedur akan sedikit
sulit karena pengecekan lewat CCTV biasanya hanya untuk teroris. Mereka
mengatakan akan memeriksa dan dalam waktu 1 x 24 jam akan menelepon saya
atau pihak kampus. Keesokan harinya mereka mengatakan bahwa barang
sudah ditemukan dan mereka meminta kami untuk mengambil barang tersebut.
Luar biasa, sebuah hal yang mungkin sudah jarang kita temui sekarang.
Kejadian
ini kemudian saya posting di facebook dengan menanyakan sebuah
pertanyaan : Di negeri ini yang banyak orangnya tidak beragama, saya
belajar banyak mengenai ARTI KEJUJURAN … apakah nilai ini masih ada atau
semakin jauh di negara INDONESIA yang mayoritas beragama? Sebuah
renungan bagi saya dan mungkin yang baca status ini. Daejeon, 10 Januari
2013
Beragam
komentar muncul dan mereka kebanyakan bersikap positip dalam artian
mereka berharap hal ini akan terjadi di Indonesia. Salah satu komentar
mengatakan bahwa kita tidak perlu melihat negara lain karena di
Indonesia masih banyak orang yang jujur misalnya kasus penemuan uang 100
juta yang dikembalikan oleh seorang office boy. Terlepas
banyak atau tidaknya orang jujur di Indonesia, kita tidak bisa
menyangkal bahwa saat ini nilai kejujuran hampir sangat jarang
diperlihatkan oleh orang Indonesia khususnya mereka yang berada di
tingkat pemerintahan. Para elit ini yang seharusnya menjadi contoh bagi
kebanyakan orang seakan lupa diri dan sudah mengabaikan nilai ini.
Padahal mereka
bersumpah untuk selalu menerapkan nilai ini dalam pekerjaannya. Terlebih
lagi mereka juga adalah bagian masyarakat Indonesia yang terkenal luas
sebagai masyarakat yang punya sopan santun dan taat beragama.
Kadang-kadang saya “iri” dengan orang Korea, karena banyak dari mereka
yang tidak beragama tetapi dalam menerapkan nilai-nilai agama mereka
lebih dari kita bangsa Indonesia. Contoh di atas hanya satu dari
beberapa kejadian yang pernah saya alami selama tinggal di negeri
gingseng ini. Karena ketidakjujuran inilah banyak orang mengatakan bahwa
Indonesia sangat lambat untuk maju dibandingkan dengan negara lain.
Dalam beberapa
kesempatan saya sempat menanyakan kepada kolega saya, orang Korea
mengenai arti kejujuran dalam kehidupan mereka. Pada umumnya mereka
tidak tahu bagaimana mengukur nilai kejujuran tetapi ada semacam budaya
malu dalam diri mereka jika mereka tidak jujur. Hal ini tidak hanya
berakibat terhadap diri mereka tetapi juga keluarganya. Mungkin kita
masih ingat ketika beberapa tahun yang lalu mantan presiden Korea
Selatan, Roh Moo-Hyun bunuh diri karena diduga depresi akibat tuduhan
korupsi atas diri dan keluarganya. Mereka mungkin tidak banyak berbicara
mengenai hal ini tetapi mereka mempraktekkan dalam kehidupan mereka.
Hal ini lebih penting daripada sebuah debat panjang bagaimana kita
menilai sebuah kejujuran.
Ketika saya
sedang menulis artikel ini, masyarakat Indonesia kembali dikejutkan
dengan berita mengenai jatuhnya vonis kepada Angelina Sondakh selama 4.5
tahun penjara dan denda Rp. 250 juta karena diduga terlibat kasus
dugaan korupsi di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta
Kementerian Pemuda dan Olahraga. Sangatlah wajar jika masyarakat marah,
kecewa, dan mungkin menghujat para hakim dan semua orang yang terlibat
dalam kasus ini. Seseorang yang sudah tidak berbuat jujur dan yang
paling penting adalah merugikan rakyat dihukum sangat ringan. Luar biasa, sebuah hal yang sangat mudah ditemui di negeri Indonesia.
Saya sangat
menaruh apresiasi yang sangat tinggi kepada siapa saja yang rajin dan
terlibat langsung dalam beberapa kegiatan untuk mengkampanyekan nilai
kejujuran yang sudah mulai terkikis di Indonesia. Kantin kejujuran yang
didirikan di sekolah-sekolah supaya siswa dapat belajar tentang
kejujuran adalah langkah nyata dan wajib didukung oleh semua pihak.
Mereka semua adalah generasi muda yang akan memimpin negara Indonesia di
kemudian hari. Kita semua ingin bahwa Indonesia dipimpin oleh
orang-orang yang punya integritas dan mempunyai sifat jujur.Di Korea
Selatan sendiri selain budaya malu, beberapa sekolah punya Lost and Found korner
yang berfungsi sebagai tempat yang secara tidak langsung melatih nilai
kejujuran. Terkadang mereka tidak menemukan barang yang hilang secara
langsung tetapi dapat menemukanya sesudah akhir semester ketika pihak
sekolah mengumumkan barang apa saja yang ada di korner tersebut.
Akhirnya
semangat untuk terus menerapkan nilai-nilai kejujuran itu sangat penting
bagi kita semua. Kalau saat ini para tokoh atau pengambil keputusan di
Indonesia belum bisa mencontohkan hal ini, lebih baik kita mulai dari
diri sendiri. Tidak perlu CCTV atau alat-alat lain untuk menilai apakah
kita jujur atau tidak. Tindakan nyata kita pasti akan selalu melekat di
hati orang yang pernah berhubungan dengan kita selain tentunya bahwa
semua agama mengajarkan bahwa dengan kejujuran biasanya hidup ini akan
lebih indah dan bermanfaat bagi diri kita sendiri, keluarga, dan orang
lain.
Daejeon, 12 Januari 2013
0 comments:
Post a Comment