
Pada
tahun 1995, Presiden Udinese, Giampaolo Pozzo, dan direktur teknik
ketika itu, Pierpaolo Marino, menyepakati Il Modello Udinese (Model
Udinese). I Friulani harus menjadi batu loncatan bagi pemain potensial
untuk menuju klub-klub besar. Udinese pun rajin mencari pemain-pemain
yang tak terlacak klub-klub top, mendidik mereka menjadi pemain bagus
dan menjualnya dengan harga yang sangat menguntungkan.
Bagaimana tidak ? Pemain yang tidak menjadi sorotan di bursa transfer
secara otomatis harga sang pemain tidak akan melambung tinggi alias bisa
di tawar di bawah harga pasar. Dengan menggunakan metode ini, Udinese
bisa menekan biaya pengeluaran untuk urusan belanja pemain. Efektifitas
dari kegiatan seperti ini bisa di lihat dalam 10 tahun terakhir di mana
Il Friulli mendapatkan keuntungan yang besar hanya dari transaksi jual
beli pemain.
Pada tahun 2008/09 klub ini mendapatkan profit dari bursa
transfer sebesar 15 juta euro, di tahun 2009/2010 pendapatan dari
aktifitas yang sama meningkat menjadi 20,3 juta euro, dan puncaknya
adalah ketika di musim 2011/2012 klub yang berasal dari kota Udine ini
memperoleh laba hampir 50 juta euro.
Selain menjaga kestabilan kas klub dengan menjaga pembelian pemain,
kestabilan neraca keungan klub pun di peroleh dari segi pengeluaran
untuk gaji pemain. Karena pola perekrutan pemain yang mereka lakukan
sebagian adalah pemain yang belum di kenal oleh publik secara otomatis
pemain-pemain tersebut tidak akan menuntuk gaji yang berlebihan. Di
musim ini saja (2011/12) tagihan gaji Zebrette hanya menyentuh angka
21,7 juta euro. Angka ini adalah yang terendah di bandingkan dengan klub
papan atas lainnya. Selain Antonio Di Natale yang menjabat sebagai
kapten tim, seluruh pemain hanya menerima gaji di bawah satu juta euro
permusimnya.
Berbicara mengenai sistem yang di gunakan oleh Udinese sebenarnya
berpeluang untuk melukai diri sendiri dalam hal prestasi. Teori
sederhananya adalah saat seorang pemain sudah "matang" dan di jual ke
klub lain secara otomatis kekuatan klub akan berkurang. Tapi, tidak
dengan Udinese karena sejak menggunakan sistem ini pada tahun 1995 klub
ini hanya sekali terlempar dari posisi 10 besar dan tidak pernah
bersaing di zona degradasi.
"Menemukan dan mengembangkan pemain adalah tujuan kami. Setiap kali ada
pemain bintang meninggalkan klub, kami tahu siklus baru dimulai. Udinese
mencoba hanya menjual pemain yang kami tahu akan ada garansi bisa
menemukan pengganti yang tepat"
Fabrizio Larini, Direktur Olah Raga Udinese
Pemain terbaik produksi Udinese 10 tahun terakhir :
- Martin Jorgensen (1997-2004)
- Marek Jankulovski (2002-2005)
- David Pizarro (1999-2005)
- Per Kroldrup (2001-2005)
- Stefano Mauri (2004-2006)
- Morgan De Sanctis (1999-2007)
- Vicenzo Iaquinta (2000-2007)
- Sulley Muntari (2002-2007)
- Asamoah Gyan (2003-2008)
- Tomas Sivok (2007-2008)
- Adrea Dossena (2006-2008)
- Fabio Quagliarella (2007-2009)
- Roman Eremenko (2005-2009)
- Geatano D'Agostino (2006-2010)
- Felipe Dal Belo (2002-2010)
- Aleksander Lukovic (2007-2010)
- Simone Pepe (2006-2011)
- Gokhan Inler (2007-2011)
- Alexis Sanchez (2006-2011)
- Antonio Di Natale (2004-...)
- Samir Handanovic (2004-...)
- Kwadwo Asamoah (2009-...)
0 comments:
Post a Comment
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.