Ikan Unik |
Senin, 4 Juli 2011
- Komunitas ikan di abad ke-21 hidup cepat dan mati muda. Itulah temuan
utama dari studi terbaru oleh para peneliti dari Wildlife Conservation
Society yang membandingkan ikan-ikan yang baru ditangkap di pesisir
Kenya dengan tulang ikan yang tersimpan di situs Swahili kuno untuk
memahami bagaimana membangun perikanan saat ini.
Mencari
bagaimana populasi ikan dipengaruhi tekanan perikanan yang meningkat
seiring waktu, McClanahan dan Omukoto membandingkan data sejarah hidup
komunitas ikan modern (yang dikumpulkan dari ikan yang ditangkap dari
bekas-bekas ikan yang digali dari pemukiman Swahili kuno di Shanga,
Kenya. Terbentang sekitar 650 tahun, pemukiman ini memberi pandangan
berharga pada para peneliti mengenai bagaimana komponen komunitas ikan
dan tekanan perikanan berubah seiring waktu.
Para
peneliti menemukan kalau sejarah hidup ikan yang tertangkap perikanan
modern dan komponen komunitas ikan purba berbeda nyata. Komunitas ikan
purba memiliki predator puncak yang persentasinya besar – spesies yang
memangsa ikan dan invertebrata besar seperti siput, teripang, dan tiram –
komunitas ikan modern mengandung lebih banyak spesies yang memakan
tanaman, invertebrata kecil seperti kutu laut, umumnya spesies yang
berada pada rantai makanan yang lebih rendah. Komponen komunitas ikan
modern juga mengandung lebih banyak spesies yang lebih kecil ukurannya
dengan laju pertumbuhan dan kematian lebih tinggi.
Penelitian
ini juga menemukan kalau jumlah tulang ikan di midden berpuncak antara
1000-1100 M (sekitar 1000-900 tahun lalu) sebelum menurun, sementara
belulang domba dan kambing menjadi lebih banyak dalam level substrata
yang lebih tinggi, menunjukkan kalau ada pergeseran pola makan manusia
ke hewan ternak.
Dari
Fiji ke Kenya ke terumbu karang Glover, penelitian Dr. McClanahan telah
memeriksa ekologi, perikanan, pengaruh perubahan iklim, dan manajemen
terumbu karang pada lokasi kunci di dunia. Penelitian ini didukung
yayasan John D. and Catherine T. MacArthur Foundation dan Yayasan The
Tiffany & Co.
0 comments:
Post a Comment